"Blog Ini Berisi Geografi Fisik, Geografi Manusia, Geografi Teknik dan Cerita Pendidikan".

Analisa Dampak Bentuk Lahan Antropogenik : Reklamasi Pantai Marina Semarang

Bentuk Lahan Antropogenik
Dalam geomorfologi dikenal istilah bentuklahan (landform) dan bentanglahan (landscape). Keduanya memang mirip dan memiliki keterkaitan tapi memiliki arti yang berbeda. Bentuk lahan merupakan suatu kenampakan medan/fisik yang terbentuk oleh proses alami, memiliki komposisi tertentu dan karakteristik fisikal dan visual yang unik dan berbeda satu sama lain. Way (1973) dalam Zuidam, (1979), mendikskripsikan bahwa bentuk lahan adalah kenampakan medan yang dibentuk oleh proses-proses alami yang mempunyai susunan tertentu dan julat karakteristik fisik dan visual di mana bentuk lahan itu terbentuk. Verstappen (1983) mengklasifikasikan bentuklahan berdasarkan genesisnya (proses terjadinya) menjadi 10 (sepuluh) macam bentuklahan, yaitu:
  1. Bentuklahan asal proses volkanik (V): bentuk lahan yang berasal dari aktivitas vulkanisme. 
  2. Bentuklahan asal proses struktural (S): bentuk lahan yang berasal dari proses geologi.
  3. Bentuklahan asal fluvial: bentuk lahan akibat pengerjaan sungai.
  4. Bentuklahan asal solusional: bentuk lahan akibat proses pelarutan pada batuan yang mudah larut.
  5. Bentuklahan asal denudasional: bentuk lahan akibat proses erosi dan degradasi.
  6. Bentuklahan asal aeolin: bentuk lahan akibat proses erosi angin.
  7. Bentuklahan asal marine: bentuk lahan akibat aktivitas air laut.
  8. Bentuklahan asal glasial: bentuk lahan akibat pengerjaan es.
  9. Bentuklahan asal organik: bentuk lahan akibat pengaruh aktivitas organisme.
  10. Bentuklahan asal antropogenik: bentuk lahan akibat aktivitas manusia.
Dalam paper ini lebih dibahas mengenai bentuk lahan asal antropogenik. Verstappen (1983), mengemukakan bahwa ada beberapa faktor geomorfologi mayor yang berpengaruh dalam pengembangan lahan yaitu bentuk lahan, proses geomorfologis, dan kondisi tanah. Lebih lanjut dijelaskan, bahwa bentuklahan mencakup kemiringan lahan, proses geomorfologi; mencakup banjir, tanah longsor, dan bahaya dari proses alam yang merugikan, sedangkan mengenai kondisi tanah, antara lain mencakup kedalaman batuan dari pelapukan material. Karakteristik geomorfologis dalam hal ini bentuk lahan/medan memberikan informasi yang dapat menentukan dalam penggunaan lahan suatu daerah tertentu.
Antropogenik merupakan proses atau akibat yang berkaitan dengan dengan aktivitas manusia. Sehingga bentuk lahan antropogenik dapat disebut sebagai bentuk lahan yang terjadi akibat aktivitas manusia. Aktivitas tersebut dapat berupa aktivitas yang telah disengaja dan direncanakan untuk membuat bentuk lahan yang baru dari bentuk lahan yang telah ada maupun aktivitas oleh manusia yang secara tidak sengaja telah merubah bentuk lahan yang telah ada.


Gambar 01. Peta Pantai Marina dari google maps.

Bentuk lahan antropogenik dapat dibentuk dari bentuk-bentuk lahan yang telah ada. Misalnya bentuk lahan marin yang dapat berubah menjadi pelabuhan dan pantai reklamasi seperti yang terdapat pada pantai Marina Semarang.

Fisiografis Pantai Marina
Secara geologi pantai marina merupakan pantai yang tersusun oleh sedimentasi laut dan sungai serta terdapat endapan aluvium delta yang berumur kuarter. Material aluvium delta yang berupa batulempung merupakan litologi yang belum terkompaksi secara utuh apalagi ditambah adanya intrusi air laut yang diakibatkan penggunaan air tanah secara berlebihan sehingga akuifer dangkal yang ada menjadi rusak dan terintrusi oleh air laut. Hal ini karena dipesisir pantai marina digunakan sebagai kawasan pariwisata dan perkantoran serta kawasan huni mewah yang sangat banyak membutuhkan air bersih sehingga banyak yang melakukan pengeburan sumur artesis yang mencari lapisan akuifer dalam sehingga terjadi proses kerusakan akuifer dan berdampak pada proses land subsidence didaerah pesisir utara dan secara morfogenesa kawasan pantai marina merupakan daerah pantai genetic yang endapannya tersusun oleh endapan material laut dan sedimentasi sungai. Namun penyalahgunaan fungsi sungai sebagai bahan pembuangan limbah menjadikan daerah kawasan pantai marina menjadi daerah yang kotor.

Reklamasi
Secara bahasa, reklamasi berasal dari kosa kata dalam Bahasa Inggris,to reclaim yang artinya memperbaiki sesuatu yang rusak. Secaraspesifik dalam Kamus Bahasa Inggris-Indonesia disebutkan arti reclaim sebagai menjadikan tanah ( from the sea). Menurut UU no 27 tahun 2007 Reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh Orang dalam rangka meningkatkan manfaat sumber daya lahan ditinjau dari sudut lingkungan dan sosial ekonomi dengan cara pengurugan, pengeringan lahan atau drainase.
Reklamasi kawasan perairan merupakan upaya pembentukan suatu kawasandaratan baru baik di wilayah pesisir pantai ataupun di tengah lautan. Tujuan utama reklamasi ini adalah untuk menjadikan kawasan berair yang rusak atau belum termanfaatkan menjadi suatu kawasan baru yang lebih baik dan bermanfaat untuk ekonomi maupun tujuan strategis lain.
Kawasan daratan baru tersebut dapat dimanfaatkan untuk kawasan permukiman, perindustrian, bisnis dan pertokoan, pelabuhan udara, perkotaan, pertanian, jalur transportasi alternatif, reservoir air tawar di pinggir pantai, kawasan pengelolaan limbah dan lingkunganterpadu, dan sebagai tanggul perlindungan daratan lama dari ancaman abrasi serta untuk menjadi suatu kawasan wisata terpadu

Pantai Marina oleh aktivitas reklamasi
Pantai Marina Semarang merupakan pantai yang terbentuk karena aktivitas reklamasi. Kawasan yang direklamasi tersebut memanjang sesuai dengan bibir atau garis pantai. Dengan pola reklamasi yang demikian, maka ini akan melewati daerah tambak yang dimiliki oleh petambak pada daerah tepi pantai. Lebih lanjut reklamasi ini mengarah ke laut. Hal ini melihat daerah yang direklamasi cukup luas yaitu sekitar 200 hektar. Padahal daerah yang sebagian merupakan area tambak kurang produktif yaitu hanya 80 hektar.
Pelaksanaan pembangunan reklamasi ini tidak dilakukan dalam satu tahap, namun kegiatan tersebut akan dilakukan dalam beberapa tahap. Pada tahap awal kegiatan yang dilakukan adalah melakukan penimbunan atau pengurukan dengan material sebanyak 5 juta m3. Material tersebut diambil dari kawasan industri candi, sedangkan sisanya diambil dari daerah sekitar lokasi. Total material pengurukan adalah 15 juta m3. Material yang digunakan berupa batuan vulkanik dan breksi. Pada bagian bawah diisi dengan breksi. Kemudian diatasnya diisi dengan batuan vulkanik. Dengan kondisi tersebut, material timbunan mengalami penurunan atau penyusutan. Kemudian pada tahap selanjutnya dilakukan penimbunan kembali sesuai dengan target.( http://belajarmenjadigeograf.blogspot.com/2009/11/analisis-bentuk-lahan-antropogenik-di.html)


  
Gambar 02. Peta Reklamasi Lahan Kota Semarang
Sumber : makalah reklamasi pantai marina semarang dan dampaknya terhadap inundasi serta abrasi di kota semarang dan kabupaten demak oleh Moh. Gamal

Dampak terhadap lingkungan
Masalah lingkungan yang terjadi akibat reklamasi yang tidak memperhitungkan aspek daya dukung lingkungan, menyebabkan kerusakan lingkungan yang semakin parah diantaranya yaitu :

1.      Kerusakan Lingkungan akibat pengambilan bahan urugan;
Pelaksanaan reklamasi membutuhkan bahan material yang diambil dari perbukitan (daerah Mangunharjo, Ngaliyan), Kondisi tersebut mengakibatkan rusaknya vegetasi dan struktur tanah di bukit tersebut. Selain itu proses pengangkutannya ke kawasan pantai menimbulkan polusi debu yang diakibatkan oleh tanah yang beterbangan saat diangkut oleh kendaraan.

2.      Perluasan potensi pencemaran laut karena bertambahnya luas daratan;
Dengan dilakukannya reklamasi, maka daratan akan lebih dekat ke arah laut sehingga potensi pencemaran laut sangat besar. Dengan demikian limbah-limbah baik pabrik maupun rumah tangga, akan semakin jauh mencapai laut dan tentu saja ini berpengaruh bagi kelangsungan hidup ekosistem di dalamnya. Berbagai aktivitas di darat baik yang terjadi saat kegiatan reklamasi maupun saat pemanfaatan lahan hasil reklamasi dipastikan akan memperluas potensi pencemaran, dan memperparah sedimentasi di hilir sungai yang mengakibatkan aliran air sungai terhambat masuk laut.

3.      Terjadinya genangan air dan bahaya banjir;
Hal lain yang sering luput dari perhitungan pengembang reklamasi yaitu pengaruh kenaikan rata-rata air laut, pengaruh pasang surut air laut, serta aliran balik (water back) air sungai akibat pendangkalan dan penimbunan. Dalam kondisi lautan diurug, kondisi tanah-tanah di sekitarnya sudah kehilangan daya serap akibat perubahan fungsi tata ruang, sehingga mengakibatkan laju perkembangan limpasan air hujan (surface run-off) jauh lebih cepat daripada fasilitas drainase makro dan mikro yang dimiliki. Masalah hidrologi di wilayah atasnya seperti banjir dapat terjadi akibat gangguan terhadap sistim drainase, perubahan tata air tanah, dampak munculnya tanah (mud explosion) ditempat lain, gangguan terhadap transportasi laut, dampak ekologis, transpor sedimen serta hidro-oseanografi laut sendiri. Sebagai contoh, dampak banjir di kawasan Bandara Cengkareng menurut dugaan terjadi akibat reklamasi pantai Kapuk. Banjir dapat juga terjadi akibat penumpukan sedimen (pasir) di muara sungai yang terbawa oleh aliran air dari atas. Ini yang sering menimbulkan masalah karena muara sungai bisa menjadi terutup dan dampaknya adalah banjir di bagian atas. Cara yang gampang adalah dengan pengerukan, tapi sangat mahal. Cara yang lebih mutakhir (memasang slab beton, likuidasi, dll).

4.      Terjadinya abrasi pantai;
Reklamasi pantai akan mengakibatkan terjadinya abrasi didaerah yang lain. Misalnya reklamasi pantai Marina talah mengakibatkan abrasi dikawasan Sayung, Demak.

5.      Kerusakan ekosistem yang mengakibatkan penurunan jumlah biota laut;
Material yang digunakan untuk reklamasi pantai menyebabkam kekeruhan di perairan yang berdampak pada menurunnya sumberdaya Perikanan serta rusaknya biota yang ada.

Dampak Terhadap Sosial Ekonomi
1.      Berkurangnya tempat untuk public.
Kawasan reklamasi pantai umumnya dikuasai oleh pengelola dan digunakan untuk kegiatan bisnis dan industri. Padahal, seharusnya tempat tersebut adalah kawasan umum yang dapat di manfaatkan oleh semua pihak terutama masyarakat disekitarnya. 

2.      Keuntungan hanya dirasakan oleh pihak pengelola, 
Pemberian hak sepenuhnya kepada pengelola (PT IPU) untuk mengelola pantai hasil reklamasi, memberikan dampak negative terhadap masyarakat sekitar. Kegiatan reklamasi yang menutup alur sungai yang digunakan nelayan untuk pendaratan perahu mengakibatkan banyak nelayan yang tidak lagi dapat menekuni profesinya.

3.      Biaya rehabilitasi kerusakan lingkungan akibat reklamasi lebih besar.
Reklamasi yang dilakukan di pantai dengan tekstur tanah yang mudah terabrasi, akan menimbulkan biaya yang tinggi untuk memulihkan ekosistem pantai yang rusak karena proses tersebut. Selain itu dengan adanya amblesan tanah (land subsidence) di daratan, akan menimbulkan semakin luasnya daerah yang terkena rob.

4.      Terjadi kesenjangan antar masyarakat kelas bawah dan kelas atas. 
Reklamasi juga mempengaruhi interaksi sosial di antara masyarakat. Masyarakat yang berpenghasilan rendah akan tersisih, karena dengan penataan ruang, maka akan berimplikasi pada nilai lahan maupun gaya hidup di wilayah tersebut. Timbulnya kawasan yang yang eksklusif tersebut tidak diimbangi dengan peningkatan kemampuan ekonomi masyarakat lama. 

5.      Relokasi pemukiman masyarakat pantai mengakibatkan perubahan kehidupan sosial ekonomi.
Dampak negatif baik langsung atau tak langsung dari reklamasi seperti terjadinya relokasi pemukiman khususnya masyarakat pantai, sebagai akibat penataan kota, akan mengakibat perubahan kehidupan sosial dan ekonomi.

Kesimpulan
Reklamasi pantai adalah salah satu contoh bentuk lahan antropogenik yang dihasilkan oleh aktivitas manusia. Reklamasi pantai di Semarang merupakan kebutuhan yang tidak dapat dihindari karena kebutuhan untuk berbagai keperluan seperti pemekaran kota, pengembangan wisata, permukiman dan sebagainya sudah sangat mendesak.
Reklamasi pantai ini tentunya mengahasilkan dampak positif dan negatif. Namun bila dilihat dari sudut pandang keruangan secara signifikan membawa dampak yang merugikan seperti kerusakan terhadap lingkungan karena dapat mempengaruhi keseimbangan lingkungan. Selain itu dampak dapat juga berpengaruhi pada kondisi sosial ekonomi masyarakat semarang.

Referensi :
Moh. Gamal. 2011. Makalah Reklamasi Pantai Marina Semarang Dan Dampaknya Terhadap Inundasi Serta Abrasi Di Kota Semarang Dan Kabupaten Demak. Program Studi Pendidikan Geografi, Jurusan PIPS, FKIP-UNS
Agnaz. 2013. Jenis Bentuk Lahan. Diakses tanggal 22 Desember 2013. (http://agnazgeograph.wordpress.com/2013/03/27/jenis-bentuklahan-landform/)
Mellisa. 2011. Reklamasi Pantai Marina Semarang. Diakses tanggal 22 Desember 2013. http://melissavanreyten.blogspot.com/2011/01/reklamasi-pantai-marina-semarang.html Syawal. 2009. Reklamasi Pantai. Diakses tanggal 22 Desember 2013. http://syawal88.wordpress.com/2009/06/19/reklamasi-pantai-marina/

Vorlan Idruz. 2010. Reklamasi Pantai. Diakses tanggal 22 Desember 2013. http://www.academia.edu/4432623/Reklamasi_Pantai

Kajian Terhadap Hewan Lutung Jawa (Trachypithecus auratus)



A. DESKRIPSI

     Lutung Jawa adalah salah satu jenis lutung asli (endemik) Indonesia. Sebagaimana spesies lutung lainnya, lutung Jawa yang bisa disebut juga lutung budeng mempunyai ukuran tubuh yang kecil, sekitar 55 cm, dengan ekor yang panjangnya mencapai 80 cm.
       Lutung Jawa atau lutung budeng terdiri atas dua subspesies yaitu Trachypithecus auratus auratus dan Trachypithecus auratus mauritius. Subspesies Trachypithecus auratus auratus (Spangled Langur Ebony) bisa didapati di Jawa Timur, Bali, Lombok, Palau Sempu dan Nusa Barung. Sedangkan subspesies yang kedua, Trachypithecus auratus mauritius (Jawa Barat Ebony Langur) dijumpai terbatas di Jawa Barat dan Banten.
       Lutung Jawa atau lutung budeng dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Javan Lutung, Ebony Leaf Monkey, Javan Langur. Sedangkan dalam bahasa ilmiah (latin) lutung ini dikenal sebagaiTrachypithecus auratus yang mempunyai beberapa nama sinonim seperti Trachypithecus kohlbruggei (Sody, 1931), Trachypithecus maurus (Horsfield, 1823), Trachypithecus pyrrhus (Horsfield, 1823), Trachypithecus sondaicus (Robinson & Kloss, 1919), dan Trachypithecus stresemanni Pocock, 1934.
       Bulu lutung Jawa (Trachypithecus auratus) berwarna hitam dan lutung betina memiliki bulu berwana keperakan di sekitar kelaminnya. Lutung Jawa (lutung budeng) muda memiliki bulu yang berwarna oranye. Untuk subspesies Trachypithecus auratus auratus (Spangled Langur Ebony) meliki ras yang mempunyai bulu seperti lutung Jawa muda dengan warna bulu yang oranye sedikit gelap dengan ujung kuning.
       Lutung Jawa hidup secara berkelompok. Tiap kelompok terdiri sekitar 7 – 20 ekor lutung dengan seekor jantan sebagai pemimpin kelompok dan beberapa lutung betina dewasa. Lutung betina hanya melahirkan satu anak dalam setiap masa kehamilan. Beberapa induk betina dalam satu kelompok akan saling membantu dalam mengasuh anaknya, namun sering kali bersifat agresif terhadap induk dari kelompok lain.
       Lutung Jawa (lutung betung) merupakan satwa diurnal yang lebih banyak aktif di siang hari terutama di atas pohon. Makanan kegemaran satwa ini antara lain dedaunan, beberapa jenis buah-buahan dan bunga. Terkadang binatang ini juga memakan serangga dan kulit kayu.

Morfologi, Anatomi dan Fisiologi
       Secara umum, ciri-ciri morfologi pada Lutung dewasa ditandai dengan rambut penutup berwarna hitam sampai hitam keperakan. Bagian atas tubuh dari Lutung berwarna kelabu kecoklat-coklatan gelap sampai kehitam-hitaman, dengan masing-masing rambut putih di ujungnya, memberikan warna kilap perak pada mantel kulit. Rambut-rambut pada kaki bawah dan punggung paha adalah kelabu dan kaki dapat berwarna keperak-perakan daripada punggung. Perut dan bagian sebelah dalam dari paha kelabu pucat. Tangan dan kaki berwarna hitam. Daerah muka yang tidak berambut berwarna hitam. Pada beberapa individu dapat mempunyai moncong yang berwarna putih, tidak terdapat cincin yang mengelilingi mata. Cambang keputih-putihan dan cukup panjang, hampir menutupi telinga, jambul rapih dan tinggi, sangat jelas pada jantan dewasa. Lutung Jawa jantan dan betina memiliki perbedaan yang terletak pada bagian “pelvik” (selangkangan), yang mana pada betina berwarna putih pucat, sedangkan jantan berwarna hitam.
       Lutung Jawa mempunyai keistimewaan yaitu, perutnya besar dan menggantung kebawah. Ini karena jenis makanannya yang terdiri dari daun-daunan, pucuk daun serta tidak mempunyai kantung makanan pipi. Jantan dewasa pemimpin kelompok mempunyai ukuran tubuh yang relatif lebih besar daripada betina dewasa tapi kadang-kadang juga tidak. Gigi taring jantan dewasa lebih keras dan tajam, serta gigi geraham yang besar yang sudah terspesialisasi untuk pemakan daun.
       Lutung memiliki anatomi tubuh dengan susunan tulang pada tubuhnya yang panjang dan lebar. Lutung meiliki kelenjar air ludah yang besar dan saluran pencernaan yang kompleks. Trachypithecus auratus sondaicus sama seperti jenis-jenis lainnya yang termasuk Colobinae, yaitu memiliki ciri khas pada struktur lambung yang kompleks dan merupakan bentuk dasar pemisahan taksonomis.

Pergerakan
       Pergerakan primata secara garis besar dapat dibagi menjadi 4 macam gerak dasar, yaitu:
1. Vertical clinging and leaping, yaitu gerakan melompat dari pohon ke pohon dan melompat dari atas ke  bawah. Pergerakan ini sering dilakukan oleh genus avahi, indri, tarsier, dan lepilemur.
2. Quadropedalism, yaitu gerakan dengan berlari cepat dan perlahan, memanjat dan melompat. Pergerakan ini dilakukan oleh leur, cebus, macaca, mandriil, baboons, dan lain-lain.
3. Ape locomotion, yaitu gerakan yang menggunakan kedua tangannya untuk menggelantung sehingga kedua kakinya menjadi bebas tergantung. Sering dilakukan oleh gibbon, siamang, orangutan, simpanse, gorilla.
4. Bipedalism, yaitu gerakan yang menggunakan kedua kakinya dan sering dilakukan oleh manusia, seperti berdiri, melangkah dan berlari.

Tingkah Laku Makan dan Makanan

       Lutung merupakan pemakan daun. Sebagai makanan pokok, daun pun mempunyai keuntungan dan kerugian sekaligus. Daun terdapat berlimpah-limpah, tetapi tidak mengandung gizi banyak. Untuk mendapatkan sebanyak mungkin manfaat dari daun, Lutung telah mengembangkan beberapa system pencernaan khusus, termasuk lambungnya yang mampu membesar. Untuk mempertahankan hidupnya, Lutung harus makan dedaunan dengan jumlah banyak. Sehingga setelah makan kenyang, berat makanan dan lambungnya yang besar itu mencapai seperempat dari berat badan keseluruhannya bahkan lebih.
       Makan dapat dimulai begitu bangun tidur hingga tidur kembali, biasanya diselingi dengan eksresi. Cara mengambil makanan biasanya dilakukan dengan dipetik oleh tangan atau langsung oleh mulut. Lutung Jawa cenderung mengarah pada hewan semi-Ruminansia yang memakan makanan dengan kadar selulosa tinggi, daun yang dimakan ada yang dimakan seluruhnya, ada yang sebagian saja. Dan sudah menjadi kebiasaan bahwa Lutung Jawa akan menjatuhkan setidaknya separuh dari makanannya ke lantai hutan.
       Pada kebanyakan primata dan Lutung Jawa terdapat 3 alasan mengapa primata dan juga Lutung Jawa “senang” berganti-ganti pilihan makanannya (Richard, 1985), yaitu:
1. Kandungan nutrisi yang terkandung didalamnya.
2. Kebutuhan akan jumlah dan jenis kandungan gizi yang berbeda-beda pada setiap Primata dan juga Lutung Jawa serta konsekuensinya bila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi.
3. Kemampuan tiap jenis Primata dan juga Lutung Jawa yang berbeda-beda dalam mengolah makanannya.

Klasifikasi
       Lutung Jawa (Trachypithecus auratus) adalah satwa diurnal dan arboreal. Satwa ini dapat melompat dari satu cabang ke cabang yang lain pada pohon-pohon yang sangat tinggi jarak lompatan mencapai 3 meter (Rowe, 1996)
       Klasifikasi Lutung Jawa (Trachypithecus auratus) menurut (Napier and Napier, 1967) ialah sebagai berikut :
Kingdom              : Animal
Phylum                 : Chordata
Subphylum         : Vertebrata
Claas                      : Mamalia
Sub class              : Theria
Ordo                      : Primata
Sub ordo              : Anthropoidea
Famili                    : Cercopithecidea
Sub famili            : Colobinea
Genus                   : Trachypithecus
Species : Trachypithecus auratus              
       Lutung Jawa (Trachypithecus auratus) memeiliki makanan alami seperti daun-daunan dan buah-buah hutan yang merupakan makanan ideal bagi satwa yang hidup di hutan. Lutung Jawa (Trachypithecus auratus) memiliki lambung yang kompleks serta mengandung bakteri untuk menguraikan daun dan menetralisir racun (Vermeulen, 2001).
       Habitat
       Lutung Jawa (Trachypithecus auratus) adalah hewan diurnal dan arboreal. Satwa ini melompat dari satu cabang pohon menuju pohon lain yang sangat tinggi dan jarak lompatnya mencapai 3 meter (Rowe, 1996).  Lutung Jawa (Trachypithecus auratus) hidup dihutan dataran rendah hingga dataran tinggi, baik dihutan primer maupun sekunder. Mereka juga mendiami daerah perkebunan dan hutan bakau (Supriyatna dan Wahyono, 2000).
Status
       Akibat pengurangan habitat untuk berbagai keperluan manusia, maka semenjak tanggal 22 September 1999, Lutung Jawa (Trachypithecus auratus) telah dilindungi undang-undang, berdasarkan SK. Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 773/Kpts-II/1999. Menurut CITES, Lutung Jawa (Trachypithecus auratus) termasuk dalam kategori Appendix II (Satwa yang tidak boleh di perdagangkan karena keberadaannya terancam punah) dan pada tahun 1996 oleh IUCN diketegorikan sebagai primate yang rentan (vulnerable) terhadap gangguan habitat karena terus terdesak oleh kepentingan manusia (Supriatna dan Edy, 2000).
Perilaku Sosial
       Menurut Seoratmo (1979) dalam Tim penelitian (2003) mengatakan bahwa perilaku bintang secara umum dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu perilaku sosial binatang dalam spesies yang sama (intraspecific relationship). Kedua jenis perilaku sosial tersebut dapat terjadi pada kelompok binatang karena terdapat bentuk-bentuk komunikasi diantara anggota kelompok.
       Primata mempunyai perilaku yang lengkap yang berfungsi dalam berkomunikasi dan berintegtrasi dengan anggota kelompoknya. Perilaku tersebut berkembang terus disebabkan status hewan sosialnya. (Rowe, 1996).
       Satwa ini hidup bersama dalam kelompok sosial yang terorganisasi baik. Besarnya kalompok tergantung sepenuhnya pada persediaan makanan disuatu daerah tertentu. Jika persediaan tidak mampu menunjang semua anggotanya, beberapa kelompok kecil memisahkan diri dan pindah. Dan primata yang jantan biasanya sebagai pemimpin dalam kelompoknya baik dalam mencari makanan maupun sebagai pemimpin keamanan bagi kelompoknya.
      Perilaku sosial dari Lutung Jawa (Trachypithecus auratus) meliputi perilaku kominikasi,  perilaku sosial, peilaku bermain dan perilaku perawatan.
Perilaku Komunikasi
       Dari hasil pengamatan bahwa banyak primata yang berkomunikasi   satu sama lain melalui suara voca ldan ekspresi muka yang diubah-ubah. Ekspresi tersebut sering diiringi dengan mengecap-ecapkan bibirnya. Komunikasi tanda bahaya atau kesediaan maupun untuk mengumpulkan anggota kelompok yang terpencar biasanya dengan berteriak, menjerit, mencicit, berbisik, mendengkur, menggeram dan kalau marah mengeluarkan taring-taringnya. Sikap dan postur tubuh juga menunjukan emosi atau tindakan sebagai tanda kepada yang lain misalnya tanda untuk lari, bertahan atau menyerang. (Tim penulis, 2003). Suara aeperti “Ghek-ghok-ghek-ghok”
(httmembers.tripod.comuakaritrachypithecus_ auratus.html).
Perilaku Seksual
       Spesies primata pada umumnya mencapai masa remaja (pubertas) atau kematangan sosial pada waktu yang berbeda-beda. Pada simpanse, Gorila dan Orangutan masa pubertas terjadi pada umur 8 - 10 tahun. Kera gibbon pada usia 7 tahun, sedangkan Babon dan kera Eropa lainnya pada umur 4 - 6 tahun. Ada yang hanya 14 bulan, seperti Mamozet. Primata betina pada umumnya menunjukan perubahan perilaku yang berkaitan dengan perubahan fisiologis selama masa estrus. Betina sering menunjukan ketanggapan atau kesediaan seks terhadap hewan jantan. Menurut Beach (1976) dalam Ambarwati (1999) bahwa ketanggapan seks (Reeptivitas) adalah kesediaan betina untuk mengadakan kopulasi. Sedangkan Proseptivitas (kesediaan seks) adalah semua perilaku yang dilakukan betina untuk memulai interaksi seks.
                Kopilasi biasa terjadi dengan posisi ventro-dorsa, yaitu primata jantan menaiki betina dari bagian punggung. Tetapi ada yang dilakukan dengan keadaan si betina tetap berdiri, berbaring ataupun meringkuk. Posisi-posisi tergantung pada spesiesnya dan keduanya mempertahankan posisinya sampai terjadi Intromisi. (Chalmers, 1979).
Perilaku Bermain

       Pada umumnya, perilaku bermain banyak dilakukan oleh Lutung Jawa (Trachypithecus auratus) anak-anak. Bermain biasa dilakukan sendiri ataupun dengan individu lain.
Penggunaan Strata
       Sebagai satwa arboreal, Lutung Jawa (Trachypithecus auratus) selalu berada di atas pohon dalam setiap aktivitasnya. Hal ini dilakukan jika keadaan strata tengah dan bawah tidak memungkinkan, walaupun sering dijumpai Lutung Jawa (Trachypihtecus auratus) turun ke tanah. Sebagai pertimbangan dalah pohon yang petensialdi habitatnya tumbang karena proses pelapukan atau terjadi penebangan sehingga untuk mencapai pohon berikutnya harus melewati tanah (Kurniatin, 2004).


B. LOKASI

       Taman Nasional Baluran adalah salah satu Taman Nasional di Indonesia yang terletak di wilayah Banyuputih, Situbondo, Jawa Timur, Indonesia (sebelah utara Banyuwangi). Nama dari Taman Nasional ini diambil dari nama gunung yang berada di daerah ini, yaitu gunung Baluran. Gerbang untuk masuk ke Taman Nasional Baluran berada di 7°55'17.76"S dan 114°23'15.27"E. Taman nasional ini terdiri dari tipe vegetasi sabana, hutan mangrove, hutan musim, hutan pantai, hutan pegunungan bawah, hutan rawa dan hutan yang selalu hijau sepanjang tahun.
       Berdasarkan SK. Menteri Kehutanan No. 279/Kpts.-VI/1997 tanggal 23 Mei 1997 kawasan TN Baluran ditetapkan memiliki luas sebesar 25.000 Ha.
       Sesuai dengan peruntukkannya luas kawasan tersebut dibagi menjadi beberapa zona berdasarkan SK. Dirjen PKA No. 187/Kpts./DJ-V/1999 tanggal 13 Desember 1999 yang terdiri dari:
zona inti seluas 12.000 Ha.
zona rimba seluas 5.537 ha (perairan = 1.063 Ha dan daratan = 4.574 Ha).
zona pemanfaatan intensif dengan luas 800 Ha.
zona pemanfaatan khusus dengan luas 5.780 Ha, dan zona rehabilitasi seluas 783 Ha.

C. PERSEBARAN

       Para lutung Jawa ditemukan di pulau Jawa dan pulau-pulau kecil Bali dan Lombok, Indonesia (Weitzel dan Groves, 1985). Brandon-Jones (1995) menggambarkan sebuah subspesies baru mungkin dari Indocina. Di Cagar Alam Pangandaran, spesies ini hidup dalam kelompok kecil yang padat, di sisi timur taman, menghindari perkebunan jati (Watanabe et al., 1996). Namun, Kool (1986) menemukan bahwa dalam kelompok yang sama cadangan tinggal di hutan dataran rendah campuran pertumbuhan sekunder / Tectonia grandis, Swietenia macrophylla, dan perkebunan Acacia auriculiformis. 
       Para lutung Jawa ditemukan agak umum di Gunung. Prahu, Indonesia (Nijman dan van Balen, 1998). Spesies ini telah ditemukan terjadi di hutan primer dan sekunder, baik di pedalaman dan di tepi (Nijman dan van Balen, 1998;. Gurmaya et al, 1994). Di Taman Nasional Ujung Kulon, Jawa, spesies ini ditemukan di semua tingkat strata hutan kecuali tanah (Gurmaya et al.,1994).  Trachypithecus auratus auratus
•: The morph merah subspesies ini memiliki distribusi terbatas antara Blitar, Ijen, dan Pugeran, Jawa (Groves, 2001). Yang lebih umum adalah morph ditemukan di Jawa Timur, barat ke Gunung Ujungtebu (Brnadon-Jones, 1995). 
• Trachypithecus auratus mauritius: subspesies ini memiliki distribusi terbatas di Jawa Barat ke pantai utara dari Jakarta, pedalaman ke Bogor, Cisalak, dan Jasinga, barat daya ke Ujung Kulon, maka di sepanjang pantai selatan ke Cikaso atau Ciwangi (Groves, 2001). 

D. INTERAKSI
       Keberadaan lutung Jawa tentunya menimbulkan interaksi dengan beberapa material komponen  geografi seperti:
       Biosfer, Lutung Jawa adalah hewan herbivora dengan makanan pokok berupa daun. Didalam daun tidak mengandung gizi yang banyak sehingga Lutung selalu mencari daun sangat banyak. Kadang-kadang sering berpindah dari satu pohon kepohon yang lain. Untuk  mencari makanan Lutung memetik daun sebanyak-banyaknya. Separuh dari hasil petikannya akan dijatuhkan ke bawah sehingga akn menjadi kompos alami oleh lingkungan sekitar pohon. Sementara untuk Lutung Jawa sering melakukan ekskresi yang dapat membantu kesuburan tanah melalui pupuk kandangnya. Memang Interaksi antara vegetasi tidak selalu menguntungkan kadang-kadang lutung mematahkan cabang untuk arena bermainnya.
        Lutung sendiri mempunyai pemangsa tercatat elang merupakan pemangsa utamanya biasanya lutung akan mendeteksi keberadaan binatang lain untuk itu pohon dijadikan tempat pelindungnya walaupun terkadang gagal.
        Antroposfer, Lutung banyak dijadikan binatang perburuan karena tergolong primata yang eksotis apalagi anaknya banyak dipejual belikan di pasar burung pusat jalur pedagangan ini adalah Jalur Ngawi ke Timur. Lutung memang sering merusak tanaman petani karena perilaku lutung yang membutuhkan space besar untuk berpindah-pindah untuk itu sering dijadikan hama yang istimewa. Dilema petani yang banyak dirugikan tapi seringkali banyak yang ditembak ataupun diburu memakai anjing karena sangat merugikan. Habitat alami Lutung sekarang telah dijadikan lahan pertanian sehingga tidak salah kalu lutung serng menyerang tanaman pertanian.
       Jika dilihat pengaruhnya ke manusia, maka yang paling berbahaya adalah ketika mereka tidak bebas dari penyakit menular (Zoonosis). Beberapa penyakit menular yang berbahaya diantaranya Herpes, TBC, Hepatitis B, Scabies, Avian influenza, Rabies, Salmonellosis dan beberapa penyakit zoonosis lainnya. Keadaan tersebut membutuhkan monitoring dan pengendalian dengan cara pencegahan dan penanggulangan secara tepat dan cepat
       Karena status primata yang rentan terhadap kepunahan manusia berpikir untuk mengkonservasi agar tidak terjadi kepunahan. Hewan-hewan hasil dari perburuan liar akan direhabilitasi pada pusat penangkaran hewan.  Disini peran manusia yang melatih agar dapat kembali ke habitat asli dengan melakukan karantina terlebih dahulu.

E. MANFAAT
        Manfaat yang dapat diperoleh dari kajian terhadap lutung Jawa ini adalah diharapkan dapat :
Menambah informasi mengenai deskripsi, persebaran, interaksi, dan mengetahui manfaat-manfaat secara langsung yang dapat diperoleh.
Ikut membantu mensosialisasikan dalam upaya perlindungan spesies Trachypithecus auratus yang yang telah masuk kedalam daftar merah status VU (vulnerable) hewan yang rentan terhadap kepunahan.
Menginformasikan bahwa satwa monyet, kalau termasuk jenis yang liar, harus dikarantina lebih dulu setelah ditangkap. Pertimbangannya, penyakit yang ada pada kera ini sangat banyak. Kera yang habis ditangkap itu harus dikarantina dulu dan diberi vaksin, baru aman, Kita ketahui bahwa didalam perkembangan jenisnya satwa primata adlah paling dekat dengan manusia. Bila ada kera yang sakit untuk dipelihara ataupun dikonsumsi dagingnya semakin mudah untuk tertular penyakitnya. Seperti pada penyakit HIV yang menakutkan adalah penyakit yang berasal dari keluarga simpanse.
Ikut menolak perdagangan primata di dunia karena primata tidak layak untuk diperjual belikan secara bebas, diburu, dibunuh apalagi untuk dimakan dagingnya. Didalam data disebutkan Sebagian masyarakat percaya bahwa daging lutung bisa menyembuhkan penyakit sesak napas. Selain itu daging lutung juga menjadi makanan pelengkap untuk pesta minuman keras. Lutung itu ditangkap dari kawasan Taman Nasional Merubuteri, Alas Purwa, dan Baluran. Daging lutung sebagian besar dikirim ke Bali.
Untuk keperluan pariwisata, Lutung Jawa adalah jenis primata endemik Jawa yang tergolong primata yang eksotis. Untuk melihatnya dapat mengunjungi Kebun binatang, Suaka margasatwa, Taman nasional dan sebagainya. Juga di Jawa Barat ada kisah tentang Lutung Kasarung (artinya Lutung yang Tersesat) adalah cerita pantun yang mengisahkan legenda masyarakat Sunda tentang perjalanan Sanghyang Guruminda dari Kahyangan yang diturunkan ke Buana Panca Tengah (Bumi) dalam wujud seekor lutung (sejenis monyet). Dalam perjalanannya di Bumi, sang lutung bertemu dengan putri Purbasari Ayuwangi yang diusir oleh saudaranya yang pendengki, Purbararang. Lutung Kasarung adalah seekor mahkluk yang buruk rupa. Pada akhirnya ia berubah menjadi pangeran dan mengawini Purbasari, dan mereka memerintah Kerajaan Pasir Batang dan Kerajaan Cupu Mandala Ayu bersama-sama.

F. PREDIKSI             

       Lutung Jawa telah dikategorikan kedalam primata yang rentan terhadap VU (vulnerable) karena perusakan habitat oleh akibat dari ulah manusia. Proses deforestasi dengan pembakaran hutan untuk kepentingan pertanian adalah ancaman yang paling utama. Ini tidak terjadi di satu tempat namun terjadi disemua habitat pada pulau Jawa yang mengancam spesies ini. . Sementara ini masih cukup banyak orang yang senang berburu Lutung untuk hobi maupun untuk dijual dan menemukan orang-orang yang menjual hewan. Biasanya ditemukan anak Lutung yang berwarna coklat, karena pemburu biasa menembak induknya dan mengambil sang anak. Tercatat didalam Indonesia Profauna bahwa banyak anak lutung Jawa diperjual belikan di pasar burung, antara lain Pasar Burung Pramuka Jakarta. Bratang Surabaya, Kupang Surabaya, Sukahaji Bandung dan Ngasem Yogyakarta. Lutung dijual seharga Rp 150.000 – 250.000 per ekor. Seringkali anak lutung itu juga dijual di depan mall, seperti di Bandung Indah Plaza. Lutung juga dijual dalam bentuk opsetan. Salah satu pemicu maraknya perdagangan satwa liar di Indonesia adalah lemahnya penegakan hukum yang melindungi satwa liar. Perdagangan satwa liar yang dilindungi undang-undang terjadi dengan terbuka di sejumlah tempat. Sangat mudah menemukan satwa langka dilindungi yang dijual di banyak pasar burung.
       Menurut Undang-Undang nomer 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, perdagangan dan kepemilikan satwa dilindungi adalah dilarang (pasal 21). Pelanggar dari ketentuan tersebut dapat dikenakan pidana penjara 5 tahun dan denda maksimum Rp 100 juta (pasal 40). Dengan demikian perdagangan satwa liar yang dilindungi adalah sebuah tindakan kriminal.
       Perdagangan ilegal satwa liar akan sulit diberantas, ketika aparat penegak hukum justru terlibat dalam bisnis bernilai milyaran rupiah ini. Keberanian dan keseriusan polisi dan Departemen Kehutanan dalam melawan mafia perdagangan satwa liar menjadi salah satu kunci keberhasilan dalam menghentikan perdagangan ilegal satwa liar yang dilindungi undang-undang.
       Apabila perusakan habitat lutung ini terus dilakukan maka lutung ini akan diambang kepunahan. Untuk itu perlu adanya upaya konservasi spesies endemik ini. Dengan melakukan; Perlindungan Area/lokasi misalnya seperti pada sistem Taman Nasional, Perlindungan sumber daya dan habitat, manajemen spesies konservasi secara intens, peninjauan sumber makanan pada habitat asli, razia perdagangan hewan ini di tempat-tempat seperti pasar burung dll,  proses edukasi dan peringatan melalui berbagai media ataupun media kreatif seperti didalam tokoh lutung jawa bahwa lutung tidak boleh diburu, penegakan hukum dan undang-undang tentang satwa.


Sumber

Lutung Jawa. (http://wawankebomapalipma.blogspot.com/) diakes tanggal 13 Oktober 2011

Maraknya Perburuan Lutung Jawa. (agastapuspa.files.wordpress.com/2011/04...) diakses tanggal 12 Oktober 2011

Mencegah Satwa Liar Punah. (http://mencegahsatwaliarpunah.blogspot.com/) diakses tanggal 15 Oktober 2011

Profauna Keliling Kota Mengajak Masyarakat Untuk Peduli Pelestarian Primata.  (http://www.profauna.org/content/id/primate_campaign/profauna_keliling_kota_mengajak_masyarakat_untuk_peduli_pelestarian_primata.html#top) diakses tanggal 11 Oktober 2011

Hari Kebebasan Lutung Jawa. (http://koranpdhi.com/buletin-edisi10/edisi10.htm) diakes tanggal 12 Oktober 2011

Lutung Kasarung. (http://id.wikipedia.org/wiki/Lutung_Kasarung) diakses tanggal 16 Oktober 2011

Javan Langur. (http://animaldiversity.ummz.umich.edu/site/accounts/classification/Trachypithecus_auratus html#Trachypithecus auratus) diakses tanggal 13 Oktober 2011

Javan Langur. (http://www.iucnredlist.org/apps/redlist/details/...) diakses tanggal 12 Oktober 2011

Lutung Jawa (Trachypithecus auratus).

Javan Langur (Trachypithecus auratus). (http://www.theprimata.com/trachypithecus_auratus.html) diakses tanggal 10 Oktober 2011

Foto Lutung Jawa. (http://ocgaviation.com/vista.php?q=lutung-jawa) diakses tanggal 14 Oktober 2011

Range Map. (http://www.iucnredlist.org/apps/redlist/details/22034/0/rangemap) diakses tanggal 14 Oktober 2011


By: Wisnu Sinartejo

Implikasi Bentuk Fisiografis Negara dan Contoh Negaranya


Gambar 01 Peta Indonesia

A. Pembagian negara dilihat dari bentuk fisiografisnya.
Bila dilihat dari bentuk negara dalam fisiografisnya dapat dibagi menjadi 2 yaitu, bentuk yang kompak (contigous shape) dan tidak kompak (non-contigous shape). Bentuk kompak adalah negara yang jarak dari pusat ke wilayah pinggir memiliki jarak yang hampir sama dan negaranya menyatu tidak terpisah oleh negara lain yang berdekatan. Sedangkan negara yang tidak kompak (non-contigous shape)  adalah negara yang wilayahnya terpisah oleh daratan negara lain ataupun terpisah oleh perairan.  Untuk yang bentuk negara ini terdiri dari bentuk fragmental (kepulauan), terpecah (broken shape), tersebar (scattered shape), dan lingkar laut (sircum marine).
Dalam bahasan selanjutnya adalah implikasinya terhadap iklim, strategi (geopolitik), pengelolaan negara, penentuan garis-garis batas secara langsung. Bentuk kompak negara dibagi menjadi 2 yaitu menbulat dan memanjang.

1)      Bentuk kompak yang membulat
Gambar 02 Peta Negara China

Contoh negaranya yaitu Cina, Rusia, Polandia, Jerman, dan sebagian besar negara Afrika.
a.       Iklim.
Dalam hal ini iklim mempunyai banyak klasifikasian yang bermancam-macam. Pastilah semua perbedaan ini mempunyai dasar sendiri. Contohnya pada pembagian iklim Matahari yang berdasarkan kondisi letak lintang suatu negara. Dengan bentuk kompak membulat dapat dianalisis bahwa segarusnya tidak ada perbedaan yang berarti anara wilyah satu dengan yang lain karena didalam suatu negara tersebut pasti berada pada zona tropis, sedang atau kutub. Namun ada pengecualian yang dapat mengusik persamaan didalam iklim ini. Yang pertama adalah letak suatu negara tersebut, artinya bila negara tersebut terletak diperbatasan zona iklim yang berbeda misalnya di 23,5 LU/LS dan 66,5 LU/LS maka akan terjadi perbedaan iklim. Dan Kedua, bila suatu negara mempunyai wilyah yang luas yang dapat mencakup dua wilayah iklim tersebut. Begitu menurut pembagian iklim secara besar. kalau pembagian iklim yang lainnya tetap bisa berpengaruh karena pada topografi yang ada di bumi pasti berbeda didalam suatu negara.
b.      Strategi (geopolitik).
Dengan bentuk yang kompak membulat dapat memungkikan suatu wilayah tersebut bersatu tanpa ada intervensi negara lain, karena pada dasarnya perbatasan dengan negara lain otomatis ada di tepi negara. Juga bila dianalisis antara jarak pusat ke wiyah yang pinggir  juga relatif sama.
Dilihat dari segi geografisnya negara yang memilki bentuk seperti ini punya kesamaan fisik yang sama contohnya, pada iklim, geomorfologis, geologis dsb. Perumusan suatu negara untuk mencapai suatu tujuan nasional dapat dilakukan dengan lebih mudah. Konsentrasinya cara pandang linkunganya terhadap negaranya bagi masyarakat  juga mudah kenampakan suatu wilayah relatif lebih lama.
c.       Pengelolaan negara.
Dengan bentuk yang seperti itu, Pengelolaan tentu lebih mudah. Perbedaan-perbedaan yang membentengi wujudnya minim. Pembuatan kebijakan yang menyangkut segi kehidupan bisa diatasi dengan relatif mudah dibandingnya bentuk lainya. Bila pengelolaan negara itu sukses pasti akan merembet pada tingkat kesejahteraan pun merata mudah untuk distribusian.  
d.      Penentuan batas-batas secara langsung.
Dengan bentuk yang membulat batas-batas negara fisik lebih banyak ada didaratan bila dilihat didaratan. Jadi penetuannya banyak didasarkan atas hukum batas daratan, disini akan banyak sekali memicu konflik dengan negara disebelahnya karena tidak ada batas secara tidak langsung (laut).

2)      Bentuk kompak yang memanjang vertikal
Gambar 03 Peta Negara Chile

Contoh dari negara ini adalah Argentina, Chile, Peru, Mexico, Portugal, Italia dan lainya.
a.       Iklim.
Memanjang vertikal adalah melintang dari utara dan selatan kemungkinan untuk perbedaan iklim sangat besar. Antara wilyah utara dan selatan bisa berbeda kalau dilihat dari iklim matahari. Variasi iklim sangat besar antara wilyah tengah, utara dan selatan bisa dikatakan berbeda.
b.      Strategi (geopolitik).
Dilihat dari peta negara yang memilki wilayah yang memanjang vertikal biasanaya dibatasi oleh pegunungan dengan wilyah negara lain. Oleh karena itu pengaruh fisiografis bentuk yang memanjang ini persebaran kotanya ada didataran rendah biasanya menajang di tepi pantainya. Namun kelemahannya bila negara berbentuk demikian apabila wilyah tengah lumpuh karena ada serangan, akses untuk wilayah utara dan selatan sangat terganggu.
c.       Pengelolaan negara.
Bila dilihat dari sistem distribusinya pasti akan sangat berpengaruh dimana wilyah yang paling selatan akan menepuh jarah yang jauh untuk ke wilyah paling utara, begitu pula sebaliknya. Negara yang memiliki wilayah ini sebaiknya menempatkan pusat administrasinya di wilyah tengah karena dapat mencakup pivot area dengan mudah.
d.      Penentuan batas-batas secara langsung.
Bila dikaji lewat peta seperti contoh negara Chile dan Argentina, penentuan batas secara fisik adalah di daratan yatitu dengan pegunungan. Sedangkan untuk yang berbatasan dengan laut negara dapat diuntungkan karena memilki laut yang luas. Apalagi suatu negara itu tidak mempunyai batas dengan negara lain di depannya . Negara tersebut dapat mengeksplorasi lebih jauh dengan menerapkan sistem ZEE.

3)      Bentuk memanjang yang horizontal.
Gambar 04 Peta Negara Mongolia

Contoh negara yang memanjang horizontal ini adalah Mongolia, Yaman dsb. Sedikit sekali negara yang memilki bentuk negara seperti ini.
a.       Iklim.
Dilihat dari bentuknya bila dikaitkan dengan pengklasifikasian iklim berdasarkan daerah lintangnya pasti untuk negara ini tidak banyak perbedaan antara satu dengan lainya. Kemungkinan iklim memilki kesamaan sangat tinggi. Kecuali wilayah tersebut sangat luas dalam arti masih memanjang dan wilayah negara tersebut ada di perbatasan garis lintang 22,5 dan 66,5 LU/LS.
b.      Strategi (geopolitik).
Secara kasar negara yang memilki bentuk demikian akan sama dengan memanjang yang vertikal. Namun terdapat sedikit perbedaan seperti dalam ketahanan nasional disisi lain wilayah yang homogen lebih jadi menguntungkan namun disisi lain kehomogenitas tidak selamanya menimbulkan berkah faktanya kebutuhan manusia itu sangat beragam. Sedangkan alam menyediakan hanya terbatas, untuk memenuhi kebutuhan lainya dibutuhkan kerja sama dengan luar negari untuk membantu memenuhi kebutuhan.
c.       Pengelolaan negara.
Secara umum untuk pengelolaan negara yang memanjang horizontal ini sama dengan memanjang vertikal. Inti daerah ini berada di tengah. Distribusi dalam hal manusia, barang, sumber daya, gagasan, tidak bisa seoptimal dengan bentuk negara yang kompak membulat sehingga dibutuhka alat transportasi yang cocok untuk mengatasi hal ini.
d.      Penentuan batas-batas secara langsung.
Hal yang penting dapat diperhatikan dengan bentuk ini pada hakikatnya sama lebih banyak didaratan. Pengawasan atas pemberian tanda-tanda yang berbatasan secara langsung di daratan perlu dikawal ketat karena memicu banyak konflik atas dasar yang berbeda. Bila mempunyai dasar-dasar yang berbeda akan sulit sekali diketemukan solusinya sehingga akan ditarik garis lurus untuk membagi dua wilyah tersebut. Coontohnya adalah negara-negara di Afrika kebnyakan garis batasnya lurus.


B.     Contoh Negara yang tidak kompak.
Bentuk yang tidak kompak (non-contigous shape)  negara yang wilayahnya terpisah oleh daratan negara lain ataupun terpisah oleh perairan.  Untuk yang bentuk negara ini terdiri dari bentuk fragmental (kepulauan), terpecah (broken shape), tersebar (scattered shape), dan lingkar laut (sircum marine).
a.       Bentuk fragmental (kepulauan)
Adalah negara dengan wilayah negara yang terpecah-pecah antara pulau satu dengan lainya yang dibatasi oleh perairan disusun atas gugusan pulau-pulau. Contoh negara seperti ini adalah
Indonesia dengan negara kepulauan terbesar didunia, Filipina, Jepang, Selandia Baru, Papua nugini, Cuba, Madagaskar, dan negara-negara di samudera Pasifik.
b.       Bentuk terpecah
negara dengan wilayah negara yang terpecah-pecah. Contoh bentuk yang terpecah adalah Indonesia, Filipina, Inggris, Amerika Serikat, Kanada, Australia dan sebagainya
c.       Tersebar
Yaitu negara dengan wilayah negara tidak mengelompok, salah satu wilayah negaranya bisa berada jauh diatas batas negara itu sendiri. Biasanya negara yang mempunyai wilyah seperti ini adalah negara bekas penjajah jadi punya daerah kekuasaaan yang tersebar dimana-mana. Contoh negaranya adalah Inggris yang sejarahnya banyak sekali daerah jajahannya, Amerika memilki Kepulauan hawai, Denmark yang mepunyai Greenland didekat kutub utara, Spanyol, Prancis yang mempunyai Kaledonia baru , Portugal yang mempunyai kep.Azores dan lainya.
d.       Lingkar laut.
Yaitu negara yang wilyahnya dibatasi melingkar oleh laut. Jadi ditepi negaranya berupa laut adalah Indonesia, Selandia baru, Srilanka, Madagaskar, Jepang, Fiji Island, Solomon Island, Marshall Island, Mariana, Guam, Inggris, Kuba, Jaica, Haiti, Taiwan, Filipina, dan lainya.


Sumber Referensi :

Bambang Syaeful Hadi. 2009. Diktat Geografi Regional. Yogyakarta : Jurusan Pendidikan Geografi FIS UNY.

Asep Mulyadi. 2007. Pengantar Geografi Regional. Bandung : Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS UPI.

Anononi. 2011. Luas dan Bentuk Negara. http://yenzqren.blogspot.com/search/label/Luasdanbentuknegara) diakses tanggal 25 Maret 2011.

by: Wisnu sinartejo




Powered by Blogger.