"Blog Ini Berisi Geografi Fisik, Geografi Manusia, Geografi Teknik dan Cerita Pendidikan".
Home » » PEMETAAN POTENSI EKOWISATA DI KAWASAN DAS PABELAN HULU KECAMATAN SAWANGAN KABUPATEN MAGELANG

PEMETAAN POTENSI EKOWISATA DI KAWASAN DAS PABELAN HULU KECAMATAN SAWANGAN KABUPATEN MAGELANG

PEMETAAN POTENSI EKOWISATA DI KAWASAN DAS PABELAN HULU KECAMATAN SAWANGAN KABUPATEN MAGELANG

Wisnu Sinartejo dan Yuono Padang
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Geografi, Universitas Negeri Yogyakarta

Abstrak
Kawasan Lembah Pabelan Hulu di Kecamatan Sawangan sebagai daerah tujuan wisata memiliki daya tarik pariwisata yang unik dan tersebar di beberapa lokasi. Ekowisata memiliki potensi untuk menciptakan efek menguntungkan pada lingkungan dengan berkontribusi  terhadap perlindungan lingkungan dan konservasi . Ini adalah cara untuk meningkatkan kesadaran nilai-nilai lingkungan dan bisa berfungsi sebagai alat untuk konservasi alam serta meningkatkan kepentingan ekonomi.
Penelitian ini menggunakan desaian penelitian deksriptif kualitatif. Peneliti ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi produk ekowisata di DAS Pabelan hulu , memetakan obyek destinasi ekowisata pada yang terdapat di DAS Pabelan Hulu dan  menyediakan informasi awal guna mengembangkan kawasan ekowisata di DAS Pabelan Hulu melalui analisis SWOT yang berasaskan konservasi lingkungan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai April 2014. Metode yang digunakan adalah: observasi lapangan dan wawancara. Penelitian ini menemukan bahwa Kawasan ekowisata di DAS Pabelan Hulu pada dasarnya memiliki potensi ekowisata potensial yang bisa dikembangkan, dengan variasi dayatarik berupa wisata alam, budaya dan perdesaan. Perkembangan kepariwisataan khususnya di Kec. Sawangan, Kabupaten Magelang belum mendapat sentuhan yang optimal sesuai dengan kaidah kepariwisataan, demikian pula dengan akses dan kemasannya. Obyek dan lokasi ekowisata di Kawasan DAS hulu Pabelan menyebar tetapi jaraknya cukup dekat.
Kata Kunci : Pabelan Hulu, Ekowisata dan Pemetaan


PENDAHULUAN

Latarbelakang
Pariwisata memiliki peran yang signifikan dalam aspek ekonomi, sosial dan lingkungan. Dalam aspek ekonomi, sektor pariwisata mengkontribusi devisa dari kunjungan wisatawan manca negara (wisman) dan PDB beserta komponen-komponennya. Dalam aspek sosial, pariwisata berperan dalam penyerapan tenaga kerja, apresiasi seni, tradisi, dan budaya bangsa, dan peningkatan jati diri bangsa. Dalam aspek lingkungan, pariwisata khususnya ekowisata dapat mengangkat produk dan jasa wisata seperti kekayaan dan keunikan alam dan laut, dan alat yang efektif bagi pelestarian alam dan seni budaya tradisional. (Iwan Nugroho, 2011:1). 
Dalam beberapa tahun terakhir menunjukan bahwa trend kecenderungan wisatawan dalam memilih obyek wisata untuk dikunjungi mengalami perubahan. Wisatawan tidak lagi ingin sekedar menikmati daya tarik obyek wisata tertentu melainkan meningkat kearah yang dapat memberikan wawasan, pengalaman, dan pengetahuan baru. Model wisata minat khusus seperti ini dikenal dengan istilah ecotourism atau ekowisata.
Kabupaten Magelang memiliki potensi pariwisata yang cukup besar dan belum banyak dikembangkan. Pengangkatan pariwisata di Kabupaten Magelang diyakini memberikan kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah yang berarti. Disamping itu pariwisata juga berdampak dalam peningkatan mutu sumberdaya manusia masyarakat melalui peningkatan di berbagai aspek.
Kawasan DAS Pabelan Hulu yang berada di Kecamatan Sawangan meliputi Desa Wonolelo, Desa Banyuroto, Desa Ketep, Desa Klakah dan Desa Sengi memiliki potensi pariwisata bagaikan harta karun yang terpendam sehingga belum banyak yang diekspos dan masih bersifat potensial serta belum banyak perhatian dari pemerintah layaknya lokasi pariwisata. Padahal kawasan ini memiliki aksesibilitas yang cukup baik karena terdapat di persimpangan jalur dari Magelang-Boyololali-Salatiga. Lihat Gambar 1













Gambar 1 : Persimpangan Magelang-Boyolali-Salatiga
Sumber daya kepariwisataan yang beragam meliputi keindahan alam lereng merapi-merbabu, budaya, perdesaan, flora-fauna sehingga diyakini berpotensi mendukung kemakmuran masyarakat di Kawasan DAS Pabelan Hulu. Kategori yang  paling banyak adalah ekowisata.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang masalah diatas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut
1. Bagaimana potensi produk ekowisata di DAS Pabelan Hulu
2. Bagaimana peta sebaran obyek destinasi ekowisata yang terdapat di DAS Pabelan Hulu?
3. Bagaimana cara mengembangkan kawasan ekowisata di DAS Pabelan Hulu?

Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi produk ekowisata di DAS Pabelan hulu , memetakan obyek destinasi ekowisata pada yang terdapat di DAS Pabelan Hulu dan  menyediakan informasi awal guna mengembangkan kawasan ekowisata di DAS Pabelan Hulu.

Manfaat
Manfaat bagi pemerintah digunakan untuk penerapan kebijakan dan peran lembaga dalam pengembangan ekowisata di kawasan DAS Pabelan Hulu. Dimana kebijakan dan peran lembaga dilaksanakan fokus pada keterlibatan masayrakat, wisatawan dan lintas sektor. Manfaat bagi Masayrakat diaharapkan dapat meningkatkan partisipasi aktif dalam pengembangan wisata di kawasan Pabelan Hulu. Manfaat bagi akademisi dapat digunakan untuk referensi guna penelitian lanjut tentang ekowisata.

Metodologi Penelitian
Jenis penelitian atau desain penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif kualitatif. Tujuan dari penelitian ini adalah mengungkap fakta keadaan, fenomena variabel dan kedaan yang terjadi saat penelitian. Populasi dari penelitian ini adalah Kawasan DAS Pabelan Hulu yang berada di Desa Sengi, Desa Ketep, Desa Banyuroto, DesaWonolelo dan Desa Klakah di Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang. Metode pengumpulan data penelitian dilakukan dengan melakukan observasi lapangan secara langsung, wawancara yang mendalam pada masyarakat lokal dan dokumentasi dari website, blog, buku dan surat kabar dalam rangka pengumpulan data dan informasi untuk menentukan lokasi yang dinilai berpotensi sebagai obyek lokasi ekowisata. Data dan informasi yang diperoleh dianalisis dengan metode SWOT, yang mempertimbangkan aneka faktor yang berperan negatif atau positif : kekuatan, kelemahan, kesempatan, ancaman dari kawasan potensi ekowisata di DAS Pabelan Hulu.
Melalui proses tersebut akan dilakukan  penarikan kesimpulan yang merupakan point hasil penelitian, yang kemudian dilanjutkan dengan pemberian rekomendasi pengembangan ekowisata di Kawasan DAS Pabelan Hulu.

PEMBAHASAN

Profil informasi Sumber daya Ekowisata di DAS Pabelan Hulu.
Wisata alam
Potensi flora dan fauna dapat difokuskan di Taman Nasional Gunung Merbabu. Potensi Flora berupa tanaman Pinus, Puspa, Bintamin, Akasia decuren dan beberapa jenis perdu, adas, eldeweis serta tanaman efifit. Potensi faunanya yaitu Elang Hitam (Ichtnaetus malayanesis), Kera Ekor Panjang (Macaca fascicularis), Lutung Hitam (Tracypithecus auratus), Kijang (Muntiacus muntjak),, Musang (Herpates javanica), Macan tutul (Panthera pardus), Landak (Histrix sp), Luwak (Paradoxunus hermaproditus) dan beberapa jenis burung seperti Kutilang (Pynonotus aurigaster), Pentet (Lavinus eshach), Sepah Gunung (Pericrotus leuchopaeus) dan puter.

Pemandangan Alam dan Atraksi Khusus
Wisatawan dapat melihat pemandangan gunung merbabu dan gunung merapi yang tersebar di banyak lokasi pengamatan salah satunya Ketep Pass yang mempunyai persewaan binocular. Selain itu wisatawan juga dapat melihat Taman Nasional Gunung Merbabu, Suasana Perdesaan, Pertanian di Lereng Merbabu yang eksotis, Air terjun di Kedung Kayang.

Fasilitas Olahraga
Disini belum banyak fasilitas olahraga yang dimilki seperti trekking, persewaan kendaraan offroad, dll. Hanya saja sudah terdapat peralatan camping di Desa Wonolelo dan Desa Banyuroto.

Atraksi Budaya
Wisata Budaya yang terdapat di Kawasan Ekowisata Pabelan Hulu antara lain kesenian tradisional dan kerajinan rumah tangga. Kesenian tradisional berupa tari soreng, tari topeng ireng dan wayang. Tari soreng merupakan seni tari yang dikembangkan oleh Kelompok Tari “Wahyu Rinenggo Sejati” di Dusun Windusabrang. Tari soreng tersebut mengisahkan Arya Penangsang menentang Hadiwijaya. Tari topeng ireng merupakan seni tari yang dikembangkan oleh Grup Kesenian “Kayank Kawedar” dan “Putra Garuda”. Kelompok tari tersebut memiliki sertifikat hak cipta dari Dinas Pariwisata sehingga kekhasan tarian terjaga. Kesenian wayang yang ada di Dusun Windusabrang Desa Wonolelo terdiri dari dua jenis, yaitu Wayang Orang dan Wayang Ndakan. Wayang Orang diperagakan oleh beberapa orang dengan karakter tokoh maupun kisah Mahabarata dipentaskan setiap bulan Suro. Wayang Ndakan merupakan wayang kulit dengan kisah atau cerita lucu yang menghibur.
Kerajinan rumah tangga telah berkembang di Desa Tumang yang bergerak dalam bidang kerajinan logam. Menurut tradisi masyarakat telah mengenal teknik mengolah logam karena diperkenalkan oleh utusan keraton. Masyarakat memperoleh pengajaran tentang pembuatan keris, pakaian keratin dari perak, peralatan dapur dan menjahit. Semula pengrajin memproduksi peralatan rumah tangga dari tembaga seperti dandang, ceret, kwali dan sebagainya. Tahun 1980-an muncul inovasi kerajinan ukiran tembaga berupa aksesoris rumah tangga seperti pot bunga, guci, lampu kabinet, lampu gantungan, hiasan dinding dan sebagainya. Karena kalah bersaing dengan produk aluminium maka sekitar tahun 1990-an pengrajin pun beralih untuk menggunakan alumunium sebagai bahan baku industri kerajinannya.
Lanskap budaya khususnya pertanian wisatawan dapat melihat pola pertanian terasering yang cukup ekstrim di Kawasan ini.

Akomodasi
Homestay yang ditawarkan sudah ada di Desa Wonolelo hanya saja belum banyak promosi paket yang baik dari pengelola. Camping ground untuk kegiatan perkemahan luas sehingga memuat banyak orang yang terdapat di Bumi Perkemahan Desa Wonolelo dan Desa Banyuroto di Kawasan TN Gunung Merbabu.

Aksesibilitas dan transportasi
Moda angkutan umum untuk mencapai ke lokasi belum ada yang mengcover sampai daerah obyek wisata sehingga wisatawan harus menggunakan moda angkutan pribadi. Kawasan ini bisa dituju dari  berbagai jurusan, Sawangan(blabak), Muntilan, Magelang atau dari Boyolali. Namun jalur favorit menuju Kawasan ini biasanya adalah dari Sawangan karena menyambung dengan tempat wisata lain seperti candi Borobudur (30 km) atau Kopeng (32 km). Sawangan juga dilewati jalur transportasi utama Semarang – Jogja. Dari Jogja, Anda hanya membutuhkan waktu sekitar 45 menit, sedang dari Semarang sekitar 1 jam 30 menit. Kondisi jalan cukup buruk karena didaerah ini adalah jalur penambangan material pasir dan batu sehingga jalan banyak yang berlubang dan mengelupas.

Informasi wisata
Informasi wisata yang cukup lengkap terdapat di Ketep Pass dan Kedung Kayang yang menawarkan pemandu dan interpreter wisata obyek wisata lain masih belum ditemukan. Informasi tentang pertunjukan seni seperti tari-tarian tradisi, wayang masih sangat kurang. Keterdapatan brosur peta, petunjuk jalan, toilet umum, telepon kantor, atau informasi website tempat wisata hanya terdapat di Ketep Pass dan Kedung kayang.

Fasilitas Kesehatan dan keamanan terdekat
Akses layanan kesehatan yang tersedia adalah Puskesmas. Puskemas Sawangan I adalah Puskesmas rawat jalan di wilayah kecamatan sawangan. Puskesmas Sawangan I memiliki 8 wilayah binaan, meliputi Desa Krogowanan, Desa kapuhan, Desa Ketep, Desa Wonolelo, Desa Banyuroto, Desa Wulunggunung, Desa Gantang, dan Desa Jati. Polisi wisata belum terdapat hanya terdapat koramil di swangan dan polsek sawangan yang jaraknya cukup jauh.

Sumberdaya Manusia
Pekerjaan utama penduduk Kecamatan Sawangan sebagian besar bekerja di sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan primadona, karena sebagian besar penduduk Kecamatan Sawangan bermata pencaharian sebagai petani. Lahan terluas digunakan untuk sektor pertanian sebesar 54%, lahan non pertanian 10 %. Sikap dan keinginan bekerja di pariwisata cukup tinggi karena ketersediaan lapangan pekerjaan sedikit, disamping itu kondisi masayrakat sangat ramah terhadap wisatawan.

Fasilitas Belanja
Barang kerajinan, wisata kuliner hanya terdapat di Ketep Pass dan Kedung kayang obyek wisata lainya belum ditemukan.

Air, Energi dan Limbah
Air bersih untuk mata air tersebar banyak lokasi hanya saja jaringan air bersih belum dikelola secara maksimal saat ini air bersih masih dikelola oleh swadaya penduduk sekitar. Energi alternatif blum terdapat. Dampak lingkungan dan pengelolaan limbah, untuk obyek wisata pengelolaan sampah sudah cukup baik namun pengelolaan limbah pertanian sangat berpotensi mengganggu wisatawan karena pengelolaan pembuangan belum tersedia.

Sumber Pembiayaan
Kawasan TN Gunung Merbabu sudah dikelola oleh Dinas Perhutani, Kedung kayang dan Ketep Pass sudah dikelola oleh Pemerintah Daerah, Desa wisata ,pertanian dan bumi perkemahan sumber pembiayaanya masih dikelola oleh swadaya penduduk setempat.

1. Peta Potensi Kawasan Ekowisata DAS Pabelan Hulu


 2. Potensi Obyek ekowisata di Kawasan DAS Pabelan Hulu
  a. Ketep Pass

Gambar : 02 Obyek Wisata Ketep Pass
Ketep Pass merupakan suatu ekowisata secara astronomis terletak pada 110,382 BT dan 7,495 LS serta secara administratif berlokasi di Desa Ketep, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Ketep Pass berada dengan ketinggian ± 1200 mdpal dan area seluas ± 8.000 m2. Dapat diakses melalui kendaraan darat sekitar 30 km atau 1½ jam ke arah timur dari Kota Magelang, 52 km atau 3 jam ke arah tenggara dari Kota Semarang dan 42 km atau 2½ jam ke arah utara dari Kota Yogyakarta.
Fasilitas Gardu Pandang berupa dua gazebo berukuran empat persegi panjang dan bangunan segi delapan dengan panjang sisi lima meter. Menjadikannya sebagai tempat khusus untuk menyaksikan kenampakan alam Gunung Merapi dan Gunung Merbabu atau sekitarnya. Fasilitas Ketep Vulkano Theater berupa suatu gedung pemutaran film dengan kapasitas tempat duduk 78 kursi. Film tersebut berisi tentang proses terjadinya, jalur pendakian, penelitian ilmiah, letusan terdahsyat serta aktivitas vulkanik Gunung Merapi.
Fasilitas Pelataran Panca Arga bermakna “Halaman Lima Gunung” karena menjadi titik tertinggi di objek ini melalui teropong dapat menyaksikan kelima gunung api seperti Gunung Merapi, Gunung Merbabu, Gunung Sumbing, Gunung Sindoro dan Gunung Slamet. Fasilitas Restaurant yang berdinding kaca menyajikan hidangan sambil menikmati panorama lereng Gunung Merapi atau Gunung Merbabu serta terdapat fasilitas penunjang lainnya.
Lokasinya yang berada disekitar kawasan Taman Nasional Gunung Merapi. Lingkungan sekitar berupa kenampakan lahan pertanian (hortikultura) dan hutan lindung bagi flora maupun fauna. Selain berfungsi sebagai gardu pandang juga dapat dijadikan sebagai sarana mendukung konservasi lingkungan. Lokasi dapat dikunjungi hari apapun sesuai dengan jam kerja sekitar pukul 08.00-16.00 WIB.
b. Kedung Kayang


Gambar : 03 Keindahan Air Terjun Kedung Kayang
Kedung Kayang merupakan ekowisata air terjun secara astronomis terletak pada 110,392 BT dan 7,495 LS secara administratif berlokasi di Desa Wonolelo, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang dan Desa Krakah, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah. Kedung Kayang berada dengan ketinggian ± 950 mdpal dan area seluas ± 10.000 m2. Dapat diakses melalui kendaraan darat sekitar 32 km atau 1 jam 45 menit ke arah timur dari Kota Magelang, 54 km atau 3 jam 15 menit ke arah tenggara dari Kota Semarang dan 44 km atau 2 jam 45 menit ke arah utara dari Kota Yogyakarta.
Kedung Kayang berada di kawasan jalur wisata strategis yang menghubungkan antara wilayah Solo-Selo-Borobudur. Air terjun memiliki ketinggian sekitar 39 m dengan kemiringan tebing 80º. Air terjun mengalir sepanjang tahun dengan debit air sekitar 60 liter / detik. Air terjun bersumber dari 4 buah mata air yang terdapat di sekitar lereng Gunung Merbabu dan merupakan hulu dari Sungai Pabelan maupun Daerah Aliran Sungai Progo.
Lokasinya juga berada disekitar kawasan Taman Nasional Gunung Merapi. Lingkungan sekitar berupa kenampakan patahan yang menimbulkan air terjun, anak sungai Pabelan, bebatuan vulkanis dan ladang pertanian. Pengunjung diharapkan waspada bila terjadi gejala cuaca seperti hujan deras terutama musim penghujan. Sebab menjadi tanda-tanda alam mengakibatkan akumulasi air dapat meningkat sewaktu-waktu. Lokasi dapat dikunjungi hari apapun sesuai dengan jam kerja sekitar pukul 08.00-16.00 WIB.

c. Desa Wisata Wonolelo
Desa Wonolelo terletak di lereng Gunung Merbabu yang tepatnya berada di Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang Jawa Tengah. Batas administratif Desa Wonolelo meliputi: Sebelah Utara : Puncak G. Merbabu, Sebelah Timur : Desa Jrakah (Boyolali), Sebelah Selatan : Desa Klakah dan DesaTlogolele (Boyolali), Sebelah Barat : Desa Ketep dan Desa Banyuroto.

Gambar 04: Panorama Desa Wisata Wonolelo
Desa Wonolelo terdiri dari 18 dusun yaitu Dusun Windu Sajan, Dusun Panggungan, Dusun Plutungan, Dusun Windusabrang, Dusun Sanden, Dusun Wirosuko, Dusun Nggratan, Dusun Bentrokan, Dusun Nderokan, Dusun Malang, Dusun Ngagrong, Dusun Batur, Dusun Candran, Dusun Surodadi, Dusun Pelem, Dusun Wonodadi , Dusun Klampahan, Dusun Wonolelo.
Dari segi sejarahnya, Wonolelo merupakan wilayah hutan yang kemudian digunakan untuk tempat persembuyian di masa penjajahan Jepang dan lama kelamaan wilayah tersebut digunakan sebagai tempat tinggal. Disaat itu terdapat 2 orang ajar yang sakti yaitu Ki Putut dan Ki Panggung. Kedua ajar tersebut beradu sakti untuk menjadi pemimpin dan akhirnya Ki Putut lah yang menang. Untuk menjalin kekeluargaan kedua ajar tersebut menjodohkan anaknya dan sampai akhirnya memiliki cucu. Cucu tersebut memiliki keanehan yaitu tidak dapat tidur jika tidak dininabobokkan di ladang dan akhirnya ladang tersebut diberi nama Wonolelo. Wonolelo berasal dari kata “wono” dan “lelo”. “Wono” artinya adalah ladang dan “lelo” artinya kata untuk meninabobokkan cucu dari Ki Putut dan Ki Panggung.
Lokasi dapat dikunjungi hari apapun sesuai tidak terikat jam kerja. Potensi wisata budaya di Desa Wonolelo ini adalah kesenian tradisional dan kerajinan rumah tangga. Kesenian tradisional berupa tari soreng, tari topeng ireng dan wayang. Tari soreng merupakan seni tari yang dikembangkan oleh Kelompok Tari “Wahyu Rinenggo Sejati” di Dusun Windusabrang. Tari soreng tersebut mengisahkan Arya Penangsang menentang Hadiwijaya. Tari topeng ireng merupakan seni tari yang dikembangkan oleh Grup Kesenian “Kayank Kawedar” dan “Putra Garuda”. Kelompok tari tersebut memiliki sertifikat hak cipta dari Dinas Pariwisata sehingga kekhasan tarian terjaga. Kesenian wayang yang ada di Dusun Windusabrang Desa Wonolelo terdiri dari dua jenis, yaitu Wayang Orang dan Wayang Ndakan. Wayang Orang diperagakan oleh beberapa orang dengan karakter tokoh maupun kisah Mahabarata dipentaskan setiap bulan Suro. Wayang Ndakan merupakan wayang kulit dengan kisah atau cerita lucu yang menghibur.
Kerajinan rumah tangga telah berkembang di Desa Tumang yang bergerak dalam bidang kerajinan logam. Untuk homestay Tersedia sebanyak kurang lebih 100 (seratus) inap desa (penginapan) yang disediakan oleh penduduk dan camping ground cukup luas muat untuk ratusan orang.
Atraksi wisata alam Desa Wonolelo ini adalah wisata minat khusus seperti birdwatch, offroad trail, hiking di sepanjang jalan pertanian Dusun Windu Sajan, Dusun Panggungan, Dusun Plutungan, Dusun Windusabrang, Dusun Sanden, Dusun Wirosuko, Dusun Nggratan, Dusun Bentrokan, Dusun Nderokan, Dusun Malang, Dusun Ngagrong, Dusun Batur, Dusun Candran, Dusun Surodadi, Dusun Pelem, Dusun Wonodadi , Dusun Klampahan, Dusun Wonolelo.
   d. Taman Nasional Gunung Merbabu di Dusun Sobleman, Desa Banyuroto

Gambar 05: Kegiatan Hiking di Kawasan Taman Nasional G. Merbabu di Dusun Sobleman
Gunung Merbabu dikenal oleh para pencinta alam sebagai gunung yang harus ditaklukkan, terutama bagi pemula karena pemandangan di puncaknya sangat indah. Di kaki gunung Merbabu bagian barat terdapat sebuah Dusun bernama Sobleman. Dusun Sobleman terletak pada ketinggian ± 1300 meter diatas permukaan laut yang menawarkan panorama pegunungan yang menawan dan udara segar yang jarang dijumpai di kota. Dusun yang terletak di Desa Banyuroto Kecamatan Sawangan Kabupaten Magelang Jawa Tengah ini mempunyai beberapa potensi wisata karena letak geografisnya, antara lain seperti kebun strawberry, bumi perkemahan, dan Candi Rebo.
Tanaman strawberry cocok ditanam di daerah dengan udara dingin sehingga di Sobleman, yang suhunya berkisar 20 derajat C dengan kelembaban sedang, banyak dijumpai kebun-kebun strawberry. Kebun terletak di sawah terasering, yang dari situ jika menoleh ke arah barat akan terlihat Kota Magelang dan ketika menoleh ke arah timur, Gunung Merbabu yang gagah ada di depan mata. Buah strawberry yang dihasilkan sangat bagus, besar dan manis, tidak kalah dengan buah strawberry dari daerah lain. Selain strawberry, di Sobleman banyak dijumpai tanaman sayuran dan tembakau.
Tanaman strawberry yang ditanam di Desa Banyuroto adalah jenis California dan Festival yang buahnya manis. Strawberry hanya ditanam di Banyuroto bagian bawah sebab jika ditanam di lereng gunung dikhawatirkan akan dicuri oleh kawanan monyet.
Tanaman tembakau yang ditanam di daerah pegunungan memiliki kadar nikotin yang lebih tinggi dibanding tembakau yang ditanam di dataran rendah sehingga tembakau yang dihasilkan Sobleman memiliki nilai jual yang lebih tinggi.
Bumi perkemahan terletak di lereng Gunung Merbabu, dari Balong, RT yang terletak paling atas dari Dusun Sobleman, naik sedikit. Akses jalan menuju bumi perkemahan sudah dapat dijangkau oleh kendaraan roda empat. Bumi perkemahan berada di area datar bagian lereng gunung. Selain bumi perkemahan, kondisi alam juga menawarkan lokasi outbond yang cukup menantang karena berada di lereng gunung dan banyak pohon liar yang tumbuh serta kondisi lintasan yang naik turun. Dari bumi perkemahan, ketika memandang ke bawah akan nampak hijaunya Desa Banyuroto dan Kota Magelang. Ketika malam hari dan langit sedang cerah, lampu kota terlihat jelas dan kelap-kelip dari area bumi perkemahan. (http://pojokwisatabanyuroto.wordpress.com/) diakses tanggal 11 April 2014.



3.      Analisis Pengembangan Ekowisata Kawasan DAS Pabelan Hulu Menggunakan SWOT
       Internal




























Eksternal
Kekuatan / S
Kelemahan / W
·         Kawasan ekowisata ini dari segi aksesibilitas/ keterjangkauan cukup baik karena terletak di persimpangan 3 jalur Salatiga-Magelang-Boyolali.
·         Panorama indah yang liputi dengan kemolekan alam lereng/Puncak Merapi dan Merbabu, Hutan Pinus TNG Merbabu, Panorama pertanian yang eksotis, ketersediaan mata air yang banyak dan Pemandangan kawasan perdesaan di lereng gunung serta Air terjun.
·         Wisatawan dapat menikmati kegiatan wisata alam seperti birdwatching, offroad dijalur pertanian antar dusun, kegiatan berkemah di camping ground, Hiking pendakian Merbabu/Merapi dan pengamatan aliran endapan pirokalstik di DAM sungai.
·         Terdapat homestay di Desa Wonolelo dan camping ground Sobleman dan Dusun Wonolelo dan banyak rest area.
·         Jarak kawasan wisata terdekat cukup terjangkau yaitu Borodur di Magelang, Kopeng dan Selo Boyolali.
·         Jarak antar nobyek wisata di Kawasan dekat.
·         Jalan menuju lokasi beberapa obyek tidak memadai, jalan rusak akibat jalur pertambangan pasir/batu.
·         Gerakan untuk menggalakan dan promosi wisata masih kurang.
·         Swasta dan masyarakat masih menaruh perhatian yang rendah untuk investasi di bidang pariwisata.
·         Fasilitas sarana prasarana pendukung kepariwisataan kurang memadai.
·         Fasilitas komunikasi masih kurang mendukung.
·         Belum ada jalur evakuasi yang memadai apabila terjadi bencana.

Peluang/ O
Strategi S/O
Strategi W/O
·         Menjadi kunjungan obyek ekowisata bagi pelajar/siswa.
·         Menjadi lokasi penelitian fauna dan flora bagi peneliti dalam maupun luar negeri.
·         Menjadi pemikat wisatawan untuk datang ke Kabupaten Magelang.
·         Merupakan kawasan yang cocok bagi wisatawan yang menyenagi agro wisata dan kelestarian hutan.
·         Menjadi daerah wisata minat khusus dengan kegiatan wisata alam seperti paralayang, memancing dan olahraga lain.
·         Menggali lebih dalam tentang obyek wisata dan menyusun informasi yang akurasinya tinggi serta kemasan yang menarik.
·         Menyebar luaskan tentang keunikan serta keindahan kawasan wisata ini di Kab Magelang dan luar kab. Magelang.
·         Perlu dibuat event budaya, wisata alam yang terprogam secara berkala setiap tahunnya.
·         Mendukung para jurnalis melakukan pemberitaan mengenai kawasan wisata ini.
·         Perlu pembinaan masyarakat menuju masyarakat yang kepariwisataan.
·         Melakukan investasi baik dari swasta maupun pemerintahguna peningkatan sarana dan prasarana wisata.
·         Sarana bermain anak-anak sangat penting untuk dikembangkan.
·         Perlu dikembangkan jalur perjalanan wisata dengan paket menarik.

Tantangan / T
Strategi S/T
Strategi W/T
·         Kawasan Borobudur dan sekitarnya mempunyai popularitas yang lebih baik.
·         Degradasi hutan mengancam kelestarian obyek wisata air terjun dan kawasan TN G.Merbabu.
·         Perlu kerjasama dengan kawasan wisata daerah lain dan lembaga kepariwisataan agar dibuat paket wisata yang menarik.
·         Pembinaan masyarakat sedini mungkin terhadap kesadaran menjaga kelestarian hutan dan lingkungan.
·         Meningkatkan hubungan yang lebih reat dengan instansi kebudayaan dan prasarana wilayah.
·         Meningkatkan perhatian masayrakat, swasta, tentang ekowisata.


KESIMPULAN
Kesimpulan
1. Kawasan ekowisata di DAS Pabelan Hulu pada dasarnya memiliki potensi ekowisata potensial yang bisa dikembangkan, dengan variasi dayatarik berupa wisata alam, budaya dan perdesaan.
2. Perkembangan kepariwisataan khususnya di Kec. Sawangan, Kabupaten Magelang belum mendapat sentuhan yang optimal sesuai dengan kaidah kepariwisataan, demikian pula dengan akses dan kemasannya.
3. Obyek dan lokasi ekowisata di Kawasan DAS hulu Pabelan menyebar tetapi jaraknya cukup dekat.
4. Faktor yang berpengaruh menghambat pertumbuhan dan pengembangan pariwisata  di kawasan ini anatra lain : keterbatasan mutu SDM masayrakat dan Pemerintah, rendahnya minat investor, aksesibilitas terganggu karena meupakan jalur pertambangan material, fasilitas kepariwisataan dan keterbatasan akses komunikasi dan informasi.

Rekomendasi
1.  Kegiatan pengembangan kepariwisataan sesuai dengan harus sesuai dengan tahapannya dan melibatkan masyarakat
2. Peningkatan mutu obyek wisata melalui kesiapan fasilitas sesuai dengan standar kepariwisataan
3.  Menjalin hubungan yang sinergi antar lembaga pemerintah maupun swasta
4.  Meningkatkan event-event budaya lokal dan olahraga yang mendukung kepariwisataan sesuai dengan daya dukung setiap lokasi.

Daftar Pustaka
Chafid Fandeli. 2001. Dasar Manajemen Kepariwisataan Alam. Yogyakarta: Liberty
Desa Banyuroto. 2012. Wisata Dusun Sobleman. Diakses dari (http://pojokwisatabanyuroto.wordpress.com/) tanggal 11 April 2014.
Dinas Kehutanan Prov Jawa Tengah. 2013. Taman Nasional G Merbabu. Diakses dari http://dinhut.jatengprov.go.id/en/kehutanan-jawa-tengah/taman-nasional-merbabu/ tanggal 11 April 2014
Dinkes Sawangan. 2012. Profil Sawangan. Diakses dari http://dinkes.magelangkab.go.id/demo/pages/sawangan-i tanggal 11 April
GPS. 2013. Desa Wisata Wonolelo Sawangan. Diakses dari. http://gpswisataindonesia.blogspot.com/2013/08/desa-wisata-wonolelo-sawangan-magelang.html tanggal 11 April 2014.
Iskandar, dkk. 2004. Survei Potensi Ekowisata di Kabupaten Dairi. USU Digital Library
Iwan Nugroho. 2011. Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Jateng Promo. 2013. Ketep Pass dan Kedung Kayang. Diakses dari http://www.jatengpromo.com/promo/21  tanggal 11 April 2014.
Nur Emma dan M Nurdin R. 2011. Pemetaan Potensi Ekowisata di Taman Nasional Baluran. FISIP UNAIR.
Janation Damanik dan Helmut F Weber. Perencanaan Ekowisata Dari Teori Ke Aplikasi. Yogyakarta: Andi Offset

0 komentar:

Powered by Blogger.